Apa Itu Investasi Lump Sum? Ini 3 Tips bagi Kamu yang Mau Coba

Apa Itu Investasi Lump Sum? Ini 3 Tips bagi Kamu yang Mau Coba

Apa Itu Investasi Lump Sum? Ini 3 Tips bagi Kamu yang Mau Coba

Apa Itu Investasi Lump Sum? Ini 3 Tips bagi Kamu yang Mau Coba – Investasi dapat melakukan dengan berbagai metode. Selain dengan cara cost averaging atau secara berkala, investasi bisa juga melakukan dengan cara lump sum atau sekali bayar.  Istilah lump sum merupakan istilah universal yang menggambarkan cara pembayaran secara tunggal, atau sekali bayar.

Beberapa instrumen investasi seperti deposito, obligasi, sukuk, atau pendanaan P2P lending juga hanya bisa membeli dengan cara lump sum, dan tidak bisa membeli dengan cara berkala. Namun sejatinya, lump sum bisa menggunakan untuk instrumen apapun baik itu saham, reksa dana, hingga emas sekali pun.

Apa saja yang harus terperhatikan sebelum kita memutuskan untuk berinvestasi secara lump sum bagi pemula? Berikut tiga tipsnya dari Lifepal.

1. Cocok buat kamu yang belum d’isiplin berinvestasi

Dalam perencanaan keuangan, nilai dari saving ratio (rasio menabung) yang ideal minimal adalah 10 persen dari penghasilan bulanan. Namun, menyisihkan uang 10 persen dari penghasilan per bulan bagi seorang investor pemula atau yang belum pernah berinvestasi, tentu akan menjadi hal yang cukup berat.

Terlansirkan dari https://christian-mommies.com/desktop/home . Satu kelebihan dari investasi lump sum adalah, kamu tidak perlu lagi mengeluarkan uang per bulan untuk menyetorkan uang untuk berinvestasi. Hanya dengan sekali bayar, maka kamu pun hanya perlu menunggu hingga jatuh tempo. Atau hingga memasuki waktu yang mana instrumen investasinya sudah harus mencairkan.

2. Kurang menguntungkan dengan modal kecil

Semakin besar modal investasi yang kamu setor dengan cara lump sum, semakin besar pula keuntungan yang dapat. Namun, jika kamu hanya menggunakan modal kecil atau terbatas, maka makin kecil pula imbal hasilnya. Dengan imbal hasil kecil, besar kemungkinan investasi yang kamu lakukan tidak bisa memenuhi tujuan finansial kamu ke depan.

Contoh, kamu berinvestasi pada surat berharga negara ORI018 yang memiliki kupon imbal hasil 5,7 persen per tahun dan pajak final 15 persen. Maka dengan modal Rp10 juta, kamu akan menerima keuntungan bersih Rp Rp47.500 per bulan. Sementara itu, jika kamu meletakkan Rp20 juta, keuntungan bersihnya adalah Rp95 ribu per bulan.

Eits, sebagai catatan, semakin besar modal, maka semakin besar potensi risiko yang kamu alami ke depan.

Apabila kamu menjualnya pada pasar sekunder dan mengalami capital loss, maka kerugian capital loss yang mengalami makin besar. Bila kamu membeli surat utang negara dengan modal Rp10 juta, dan menjualnya sebesar 95 persen dari harga nominal yang metentukan penerbit obligasi (harga par) pada pasar sekunder karena nilai obligasi sedang turun, maka kamu akan mengalami kerugian capital loss sebesar Rp500 ribu.

Sedangkan apabila modal awalnya Rp20 juta dan penjualannya 95 persen dari harga par, maka capital loss yang kamu terima bisa mencapai Rp1 juta.

3. Jika mau lump sum pilih instrumen pendapatan tetap yang rendah risiko

Imbal hasil dalam investasi sejatinya bisa membedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah capital gain, atau meningkatnya nilai atau harga sebuah instrumen investasi dan yang kedua adalah imbal hasil yang bersifat pendapatan tetap.

Tersebut pendapatan tetap karena instrumen keuangan tersebut menyediakan pembayaran bunga berkala kepada investor, dan pengembalian pokok pada saat jatuh tempo.

Beberapa instrumen investasi yang bisa memberikan pendapatan tetap dan umum memiliki investor retail adalah deposito dan surat utang negara atau swasta, baik yang berupa obligasi maupun sukuk.

Bila kamu pemula atau belum pernah berinvestasi, maka deposito yang tersediakan bank merupakan simpanan yang menjamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sementara itu surat utang negara seperti ORI, jaminannya sudah tertera pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.

Perlu ingat, risiko capital loss mungkin akan ada jika kamu berniat menjual surat berharga tersebut pada pasar sekunder. Namun jika kamu memilih untuk menahannya hingga masa jatuh tempo, kamu akan terbebas dari risiko tersebut.

Hindari melakukan lump sum dalam jumlah besar pada instrumen investasi tinggi risiko seperti saham. Bayangkan saja, jika kamu melakukan pembelian saham secara lump sum dalam jumlah besar, potensi terjadinya capital loss tentu akan lebih besar mengingat fluktuasi saham dalam jangka pendek cukup tinggi.

Comments are closed.